Mungkin ini cerita pertama yang aku pernah buat, seperti biasa hari ini aku duduk didepan laptop kesayanganku (setiap hari kerjaanku hanya di depan laptop), menulis kata-kata sembari ditemani sebotol air mineral (ga bias ngopi). Meski jam sudah menunjukan tengah malam. Kebiasaan buruk mulai menghantuiku lagi (suka bengong), aku berpikir terlalu banyak (entah apa yang aku pikirkan). Mengingat-ingat moment dimana aku mulai mengenal ‘seseorang’ yang selalu berusaha merebut perhatianku.
Sebelum mengenalnya langitku abu-abu, gelap, tak bercahaya, tak berbentuk. Tetapi semenjak dia hadir di hidupku, mentari mulai hadir kembali di langitku, berwarna-warni layaknya pelangi sehabis hujan datang. Aku melewati hari-hariku dengan senyuman, saat aku mengenalnya lebih dekat.
Tetapi waktu berlalu begitu cepat, dia pergi, dia menghilang. Aku mulai tidak pernah melihatnya, aku mulai tidak mengenalnya, dan aku tidak tahu siapa dia lagi. Dia terlalu asing untuk ku kenal kembali. Apa aku harus memulai dari awal? Entahlah apa aku harus mengulang kembali tahapan saat aku baru mulai mengenalnya, berusaha mengingatnya kembali, berusaha membuka hati untuk dia, berusaha beradaptasi dengan dunianya lagi, sehingga aku merasakan benih cinta itu lagi? Disaat aku perlahan mulai mencintainya bahkan aku mulai ‘sangat’ mencintainya, dia menghilang. Seakan-akan dia tidak pernah memiliki perasaan yang sama sepertiku.
Jika teringat saat aku meyakinkan dia bahwa aku sangat ingin bersamanya, aku hancur, aku tidak tahu harus berbuat apa. Dia terlalu sulit untuk aku raih kembali. Entah apa aku akan mengalah, mengalah bukan berarti kalah. Ego tak baik bila dipaksakan, jadi akan ku menangkan keinginan ku, menuju kebahagian yang baru.
Meski ku tahu suatu saat nanti aku akan tersadar dan melihat dia sudah menggenggam tangan orang lain, cinta ini masih ada. Meski tak perlu ku ungkapkan dan tak perlu kau tahu. Aku tidak meminta balasan, aku doakan saja dia bahagia dengan pilihannya.
Mungkin aku akan berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengganggu hidupnya lagi, meski ku tahu aku masih membutuhkannya. Karena bagaimanapun, kebahagiaannya adalah sumber bahagiaku. Meski aku terlihat bodoh, tapi itulah cinta. Kini aku hanya hidup berlandaskan kenangan, kenangan lama. Disaat dia masih menganggapku. Selamat datang langit gelap, kita bersama lagi.
Tak terasa sudah tiga ratus lebih kata yang aku tulis, Terimakasih.
0 Komentar
Penulisan markup di komentar